Jokowi menegaskan bahwa mayoritas saham PT Freeport
Indonesia telah dimiliki oleh Indonesia, tepatnya 51,23%, sejak 2018 lalu.
Oleh karena itu, Jokowi mengimbau agar masyarakat
jangan ada lagi yang menganggap bahwa Freeport itu milik Amerika Serikat.
"Freeport sudah mayoritas milik kita. Jangan
terbayang-bayang lagi Freeport masih milik Amerika, sudah mayoritas kita
miliki,"
Perlu diketahui, Presiden mengatakan hal ini ketika
sedang membahas soal hilirisasi komoditas tambang di dalam negeri.
Setelah sukses dengan hilirisasi nikel, Jokowi
menegaskan akan kembali menggencarkan hilirisasi di komoditas lainnya, seperti
bauksit, tembaga, hingga timah. Seperti halnya nikel di mana pemerintah telah
melarang ekspor bijih nikel sejak 2020 lalu, Presiden kembali menegaskan akan
menghentikan ekspor bauksit maupun tembaga pada tahun ini.
Untuk tembaga, dia menyebut, dirinya telah mengecek
kesiapan smelter tembaga baru yang dibangun PT Freeport Indonesia di Gresik,
Jawa Timur, dan juga PT Amman Mineral Nusa Tenggara di Nusa Tenggara Barat.
Dia menyebut, progres pembangunan smelter di NTB
telah mencapai lebih dari 50% dan smelter Freeport sudah lebih 51%.
"Nanti sebentar mau saya umumkan tembaga setop
tahun ini karena saya cek kemaren smelternya Freeport dan smelter yang ada di
NTB sudah lebih dari 50% jadi, Freeport sudah lebih 51%," tuturnya.
Seperti diketahui, Indonesia melalui Holding BUMN
Pertambangan MIND ID mengakuisisi 41,87% saham Freeport McMoran (FCX) di PT
Freeport Indonesia pada 2018 lalu senilai US$ 3,85 miliar. Dengan demikian, RI
kini menguasai 51,23% saham PTFI dari sebelumnya hanya 9,36%.
PT Freeport Indonesia tengah membangun smelter
tembaga baru di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) JIIPE, Gresik, Jawa Timur dengan
nilai investasi sebesar US$ 3 miliar atau sekitar Rp 45 triliun.
Presiden Direktur PTFI Tony Wenas sempat menyebut,
hingga 2022 Freeport sudah menghabiskan biaya senilai US$ 1,6 miliar atau
setara Rp 24 triliun (asumsi kurs Rp 15.029 per US$).
Tony menyebutkan bahwa PTFI menargetkan smelter
barunya itu akan mulai beroperasi pada Mei 2024. Proses konstruksi fisik
smelter tembaga barunya ini menurutnya ditargetkan bisa selesai pada akhir 2023
mendatang.
Tony menyebutkan bahwa smelter teranyar milik PTFI
ini dapat menampung pengolahan konsentrat tembaga hingga 1,7 juta ton per
tahun. Dia menyebutkan dari kapasitas input sebanyak 1,7 ton tembaga itu menghasilkan
600 ribu katoda tembaga.
Selain itu, smelter ini juga akan menghasilkan 35-50
ton emas dan 100-150 ton perak per tahun.