Anies Baswedan
menelan ludah sendiri? Ah, sudah biasa. Anies Baswedan akhirnya setuju dengan
kebijakan pendahulunya yang dulu dia kritik habis-habisan? Itu juga sudah
biasa. Anies Baswedan tidak menepati janji kampanye? Sudah berulang kali
dilakukannya.
Kali ini juga
sama, Anies Baswedan menyatakan bahwa penggusuran tidak terhindarkan di
Jakarta. Pernyataan ini disampaikannya saat meresmikan Kampung Produktif Tumbuh
Cakung pada hari Kamis, 25 Agustus 2022.
“(Relokasi)
tidak mungkin dihindari dalam pembangunan sebuah kota. Bayangkan ada sebuah
kawasan dimana pemerintah harus bangun jalan tol, harus bangun LRT (light rail
transit), pasti harus ada relokasi (warga). Jadi tidak mungkin tidak ada
relokasi,” kata Anies
Kalimatnya sih
memang benar. Dalam penataan kota bisa saja terjadi relokasi warga atau
penggusuran. Hanya saja, rasanya seorang Anies Baswedan tidak pantas
mengucapkan kalimat seperti itu jika mengingat pernyataannya saat kampanye
dulu.
“Angkat
tangannya tinggi-tinggi. Tunjukkan angka tiga. Mari kita kembali menjadi
jadikan kota ini menjadi kota yang bukan gusur-menggusur, kota yang memberikan
kepastian tempat tinggal. Kita menginginkan Jakarta jadi kota yang adil,” kata
Anies
Bertolak
belakang khan pernyataannya? Ini hanya satu dari sekian pernyataan Anies saat
kampanye yang menyatakan menolak penggusuran. Dia biasanya mengubah kata
menggusur dengan kata menata sehingga kelihatan lebih manis. Rupanya ucapan
manis seperti itu disukai oleh warga Jakarta sehingga memilih Anies menjadi
gubernurnya. Hasilnya? Remuk redam.
Anies Baswedan
juga masih berusaha mencari muka ketika meresmikan kampung susun di Cakung itu.
Kampung susun ini diperuntukkan bagi warga Bukit Duri yang digusur pada tahun
2016. Saat itu, pemprov DKI menggusur Bukit Duri sebagai bagian upaya
normalisasi sungai Ciliwung. Karena ada warga yang menolak, maka penggusuran
berlangsung alot dan sempat terjadi keributan antara aparat dengan warga.
“Saya ingin
garis bawahi pentingnya untuk kami bisa menyelenggarakan hal seperti ini sebelum
eksekusi pembangunan dilakukan. Toh ujungnya bisa tinggal di tempat yang layak
bukan? Seringkali pemerintah itu terbalik prosesnya, harusnya kami siapkan
solusinya. Kalau saat itu sudah dibahas rumah begini, tenang semua bukan? Semua
punya kesempatan,” kata Anies lebih lanjut.
Memang
benar-benar piawai dalam menata kata dan menyembunyikan fakta sebenarnya. Saat
penggusuran Bukit Duri tahun 2016, warga yang rumahnya terkena gusur sudah
diberikan solusi untuk pindah ke Rusun Rawa Bebek. Solusinya sudah diberikan
sejak lama tetapi solusi itu dianggap tidak ada karena ada warga yang ngeyel.
Kalau dulu tidak ada yang ngeyel, pasti sudah mendapat hunian nyaman sejak
tahun 2016. Tidak perlu menunggu sampai tahun 2022. Begitu bukan?
Selain itu,
Anies seolah tidak melihat kenyataan bahwa pada masa kepemimpinannya pun ada
penggusuran paksa. LBH Jakarta menerbitkan data tersebut pada tahun 2021. Data
yang disampaikan adalah data penggusuran yang terjadi di Jakarta pada tahun
2017 hingga 2019. Beberapa penggusuran itu pun dilakukan dengan paksa tanpa ada
musyawarah terlebih dahulu. Yah, hal seperti ini pasti tidak diingat Anies lah
karena merugikan citranya.
Selesainya
kampung susun di Cakung ini tetap harus diapresiasi. Anies berhasil memenuhi
janjinya memberikan hunian layak untuk warga Bukit Duri yang tergusur. Paling
tidak dengan ini kita tahu bahwa sebenarnya Anies setuju dengan Ahok untuk
memberikan hunian layak berupa rusun kepada warga yang terkena relokasi untuk
pembangunan. Dulu mengkritik habis tetapi ujungnya mengikuti juga khan?
Yah, begitulah
Anies Baswedan yang sekarang sedang sibuk membangun citra. Dia dikejar waktu
karena panggungnya sebagai gubernur akan berakhir pada bulan Oktober. Berbagai
cara dilakukannya agar orang terus membicarakannya sebagai pemimpin yang hebat,
meskipun sering harus menelan ludahnya sendiri. Bagi saya, hal seperti itu
justru menunjukkan dia bukan pemimpin yang hebat karena plin-plan dan tidak
bisa dipercaya.
0 komentar:
Posting Komentar