Jumat, 15 Juli 2022

Industri RI Tetap Bergigi, meski Dunia dalam Gejolak Resesi

 


Bank Dunia mengingatkan resesi tengah mengintai ekonomi banyak negara sekarang ini. Hal itu merupakan imbas dari perang antara Rusia dengan Ukraina dan gangguan rantai pasok global yang terjadi belakangan ini.


Presiden Bank Dunia David Malpass bahkan mengingatkan beberapa negara sulit menghindari resesi. Perang di Ukraina, penguncian di China, gangguan rantai pasok, dan risiko stagflasi memukul pertumbuhan. Bagi banyak negara, resesi akan sulit dihindari


Dalam ilmu ekonomi, suatu negara disebut resesi setelah pertumbuhan mengalami kontraksi dalam dua kuartal berturut-turut. Yang menarik, Meski meramal sejumlah negara mengalami resesi, Bank Dunia mengisyaratkan Indonesia bebas dari ancaman itu.


Namun Bank Dunia memprediksi ekonomi Indonesia semakin bergeliat sampai 2024, artinya Indonesia satu-satunya negara yang ekonominya masih kokoh ditengah gempuran Resesi Dunia.


Menurut laporan Bank Dunia bertajuk Global Economic Prospects periode Juni 2022, ekonomi Indonesia masih diproyeksi tumbuh 5,1 persen. Angka itu memang turun 0,1 persen dari proyeksi yang dirilis Bank Dunia pada Januari 2022.


Tapi tetap lebih tinggi dari realisasi pertumbuhan ekonomi RI yang sebesar 3,7 persen pada 2021. Bahkan, jika dilihat nilai pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap berjalan konstan dibandingkan negara lain yang pertumbuhan nya jauh menurun sebagai efek dari Resesi yang melanda dunia ini.


Siapa pun yang melihat angka-angka itu pasti punya pikiran yang sama, Indonesia sedang berada di atas angin. Di sisi lain, rata-rata ekonomi negara berkembang diprediksi melambat dari 6,6 persen pada 2021 menjadi 3,4 persen pada 2022. Angka itu jauh di bawah rata-rata tahunan yang sebesar 4,8 persen selama 2011 sampai 2019.


Bank Dunia juga memproyeksi rata-rata pertumbuhan ekonomi negara maju melambat dari 5,1 persen pada 2021 menjadi 2,6 persen pada 2022. Angkanya akan semakin melambat menjadi 2,2 persen pada 2023.

Tak ayal, Bank Dunia merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi global dari 4,1 persen menjadi hanya 2,9 persen pada 2022. Prediksi itu melambat dari posisi 2021 yang mencapai 5,7 persen.


Saat ini, konsumsi masyarakat masih menjadi kontributor terbesar dalam mendorong pertumbuhan ekonomi. Ketika konsumsi turun, ekonomi akan menyusut. Sebaliknya, jika konsumsi masyarakat melonjak, ekonomi RI akan melompat. Oleh karena itu, pemerintah punya pekerjaan berat untuk meredam inflasi di dalam negeri. Caranya bisa dengan menambah alokasi subsidi agar harga barang atau produk yang biasa dikonsumsi masyarakat menurun.


Hal ini menjadi bukti bahwasanya Indonesia negara hebat yang masih bisa memanfaatkan kekayaan alam dan pangan lokal sebagai komiditi unggulan yang membuat Indonesia tidak ketergantungan dengan negara lain.

0 komentar:

Posting Komentar