Pemerintah melalui Pertamina terus menjaga daya beli masyarakat dengan menjaga ketersediaan energi dengan harga yang terjangkau. Penyesuaian harga hanya dilakukan untuk BBM non Subsidi, seperti Pertamax Turbo, Dex Series, dan elpiji Non Subsidi. Sehingga Pertalite, Solar, dan elpiji 3 kg bersubsidi tetap bisa dijual dengan harga normal dan tidak memberatkan masyarakat.
Pertamina melalui PT Pertamina Patra Niaga memastikan harga BBM subsidi yakni Pertalite, Solar, dan elpiji 3 kilogram tidak naik, meski harga Indonesian Crude Price (ICP) dan Contract Price Aramco (CPA) masih tinggi.
Tercatat, harga minyak ICP per Juni menyentuh angka 117,62 dollar AS per barel, lebih tinggi sekitar 37 persen dari harga ICP pada Januari 2022. Begitu pula dengan elpiji, tren harga CPA masih di tinggi pada Juli mencapai 725 dollar AS per metrik ton (MT) atau lebih tinggi 13 persen dari rata-rata CPA sepanjang tahun 2021.
Pertamina Patra Niaga hanya melakukan penyesuaian harga untuk produk bahan bakar khusus (BBK) atau BBM non-subsidi jenis Pertamax Turbo, Pertamina Dex, dan Dexlite serta elpiji non-subsidi Bright Gas. Saat ini, lanjut Irto, hanya Pertamax yang merupakan BBM non-subsidi yang harganya tidak berubah.
Harga baru seluruh produk ini berlaku mulai 10 Juli 2022. Harga Pertamax Turbo (RON 98) naik dari Rp 14.500 jadi Rp 16.200 per liter. harga Pertamina Dex (CN 53) naik dari Rp 13.700 per liter jadi Rp 16.500.
Harga Dexlite (CN 51) naik dari Rp 12.950 jadi Rp 15.000 per liter di wilayah DKI Jakarta atau daerah dengan besaran pajak bahan bakar kendaraan bermotor (PBBKB) 5 persen. Untuk elpiji non-subsidi merek Bright Gas akan disesuaikan sekitar Rp 2.000 per kilogram.
Seluruh penyesuaian harga di angka sekitar Rp 2.000 baik per liter untuk BBM dan per kilogram untuk elpiji, harga ini masih sangat kompetitif dibandingkan produk dengan kualitas setara. Untuk yang subsidi, Pemerintah masih turut andil besar dengan tidak menyesuaikan harganya.
0 komentar:
Posting Komentar