Jokowi
mengungkapkan, sebanyak 28 negara sudah mengantre untuk meminjam dana dari
lembaga moneter internasional (IMF). Menurut Presiden, kondisi tersebut
merupakan dampak dari situasi global yang yang semakin tidak pasti. "Pagi
tadi saya dapat informasi dari pertemuan di Washington DC, 28 negara sudah
antre di markasnya IMF, menjadi pasien," ujar Jokowi
Jokowi
lantas menjelaskan bahwa hampir semua negara di dunia saat ini mengalami
inflasi. Belum lagi ada dampak dari perubahan iklim dan situasi geopolitik yang
memperparah krisis ekonomi dan energi. Menurut Jokowi, dengan situasi yang ada
sekarang ini, negara manapun dapat terlempar dengan cepat.
"Apabila
tidak hati-hati dan tidak waspada, baik dalam pengelolaan moneter dan
pengelolaan fiskal, apalagi setelah perang Rusia dan Ukraina, kita tahu,
pertumbuhan ekonomi di tahun 2023 yang sebelumnya diperkirakan 3 persen,
terakhir sudah diperkirakan jatuh di angka 2,2 persen," jelas Jokowi.
Jokowi
mengungkapkan, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal kedua 2022 ini
sebesar 5,44 persen.
Dia
menyebutkan, pertumbuhan tersebut menjadi salah satu yang terbaik di dunia.
Sementara itu, lanjut Jokowi, inflasi di Indonesia masih terkendali setelah
adanya kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi beberapa waktu lalu.
Menurut kepala negara, inflasi saat ini masih berada di bawah 5,9 persen.
"Ini juga kita tetap syukuri karena kalau kita bandingkan dengan
negara-negara lain, sekarang ini di Argentina (inflasi) sudah 83,5 persen,
dengan kenaikan suku bunga sudah 3.700 basis poin. Kita inflasi 5,9 dengan
perubahan suku bunga di 75 basis poin," jelasnya.
Merujuk
kepada kondisi tersebut, Jokowi menyebutkan kondisi moneter Indonesia masih
pada posisi yang bisa dikendalikan. Jokowi mengatakan, kondisi tersebut juga
didukung keseharian antara Bank Indonesia selaku bank sentral dan Kementerian
Keuangan berjalan beriringan dan tidak saling tumpang tindih.
0 komentar:
Posting Komentar