Jokowi
menyampaikan bahwa efek domino dari krisis finansial, krisis pangan, hingga
krisis energi membuat seluruh negara di dunia berada pada ketidakpastian yang
tinggi. Oleh karena itu, Jokowi menekankan pentingnya Indonesia memiliki
ketahanan yang panjang.
Terkait
situasi tersebut,Jokowi pun mengingatkan kepada Menteri Keuangan (Menkeu) Sri
Mulyani untuk berhati-hati dalam mengelola Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara (APBN). Jokowi meminta agar APBN digunakan untuk hal yang produktif dan
memberikan imbal hasil yang jelas.
“Saya
selalu sampaikan ke Bu Menteri Keuangan. ‘Bu, kalau punya uang kita, di APBN
kita, dieman-eman, dijaga, hati-hati mengeluarkannya. Harus produktif, harus
memunculkan return yang jelas,’ karena kita tahu sekali lagi, hampir semua negara
tumbuh melemah, terkontraksi ekonominya,” jelasnya.
Selain itu,
saat ini semua negara juga tengah menyelesaikan masalah inflasi yang
menyebabkan kenaikan harga barang dan jasa. Kepala Negara memandang bahwa
inflasi Indonesia sendiri masih cukup terkendali di angka 4,6 persen yang
dinilainya masih lebih baik dibandingkan negara-negara lain.
Menurut Jokowi,
terkendalinya inflasi tersebut antara lain disebabkan oleh keharmonisan
hubungan antara otoritas pemegang fiskal (Menteri Keuangan) dengan bank sentral
(Bank Indonesia) yang berjalan beriringan, rukun, dan sinkron.
“Coba
bandingkan dengan negara yang lain, otoritas moneter dan otoritas fiskal, bank
sentralnya naikin bunga, menteri keuangannya naikkan defisit. Naikkan defisit
itu artinya menggrojokkan uang lebih banyak ke pasar. Artinya ya menaikkan
inflasi. Yang satu ngerem inflasi, yang satu menggrojokkan inflasi. Di sini
yang beda di situ, karena BI dan Kementerian Keuangan berjalan beriringan,
rukun, sinkron, konsolidatif. APBN-nya konsolidatif, APBN-nya menyehatkan,
berani memutuskan,” tuturnya.
Di
penghujung sambutannya, Jokowi kembali mengingatkan agar APBN betul-betul
dikelola secara hati-hati. Dengan demikian, Jokowi menjelaskan, fiskal yang
dimiliki pemerintah diharapkan dapat digunakan secara berkelanjutan untuk
menghadapi situasi dunia tahun depan yang diprediksi “gelap”.
“Terakhir,
saya selalu sampaikan kepada Bu Menteri, ‘Bu Menteri, kita ini memiliki
amunisi. Saya minta betul-betul dijaga hati-hati, bijaksana betul dalam
menggunakan setiap rupiah yang kita miliki, tidak jor-joran, dan betul-betul
harus dijaga.’ Tidak boleh kita hanya berpikir uang itu hanya untuk hari ini
atau tahun ini. Tahun depan seperti apa? Karena semua pengamat internasional
menyampaikan bahwa tahun depan itu akan lebih “gelap”, tapi kalau kita punya
persiapan amunisi, ini akan berbeda, sehingga betul-betul APBN kita APBN yang
berkelanjutan,” tandasnya.
0 komentar:
Posting Komentar